Saturday, March 19, 2022

Tragedi Saat Mengikuti Jalan Sehat

 Pukul 06.15 di kediaman tokoh aku. “Akhirnya hari yang kunanti nanti tiba juga.”  batinku dalam hati sambil bersiap-siap untuk kegiatan jalan sehat yang akan dimulai 45 menit lagi tepatnya pada pukul 07.00 WIB. Sembilan menit berlalu kini aku telah rapih dengan pakaian yang dikenakan untuk mengikuti kegiatan jalan sehat pada hari ini. Aku mengenakan kerudung berwarna hitam dan mengenakan pakaian kaos lengan panjang yang berwarna ungu muda dan untuk bawahannya yaitu memakai celana panjang berbahan kain yang lumayan tipis berwarna biru muda layakanya warna celana jeans tetapi berwarna lebih muda dan untuk sepatunya aku memakai sepatu sports yang berwarna putih. Seusai selesai bersiap siap aku langsung menuruni tangga untuk menuju lantai satu. 

  “Selamat pagi semuanya!!” sapaku kepada semua orang yang ada di lantai 1 sambil menuruni tangga.

“Selamat pagi juga, Kak!” balas sang bunda yang pada saat itu sedang berada di dapur.

“Bunda, hari ini aku tidak usah sarapan ya, karena nanti setelah selesai jalan sehat, di sana akan disediakan sarapan sekaligus ada sarapan bersama juga.” terangku kepada sang bunda yang kini tengah sibuk mengupas sebuah mangga.

 “Kalau begitu sarapannya diganti dengan buah mangga saja ya, supaya perut kamu tidak kosong .”

 “Siap, ngomong-ngomong sepertinya sepi sekali di rumah yang lainnya pada masih pada tidur?” tanyaku kepada sang bunda yang sedang menyiapkan buah mangga untukku.

“Oh, Ayah tadi sedang pergi katanya ada kerjaan mendadak. Kalau adik ikut pergi ke rumah teman main kakak.”

“Oh begitu ya, jadi di rumah kita hanya berdua saja.” 

"Iya."

    Lima belas menit berlalu kini jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 tepat. Setelah selesai sarapan hanya dengan memakan beberapa potongan buah mangga dan minum air putih secukupnya kini aku sudah siap untuk mengikuti jalan sehat. Sebelumnya aku dan 2 teman dekatku sudah berjanjian untuk berkumpul dahulu di depan rumah Isna, anak sang ketua Rt/Rw di lingkungan rumahku. Saat aku keluar rumah dilihatnya sudah ada Isna dan Malika di sana. Mereka berdua adalah tetangga atau  teman bermain sekaligus teman dekatku juga. Lalu aku yang telah menyadari keberadaan mereka aku langsung berlari cepat menuju tempat mereka berdua berada.

  "Hai semuanya..!!" sapaku kepada Isna dan Malika sambil melambaikan tangan dan disertai senyuman hangat.

"Kamu telat, Na!!" seru Isna dan Malika dengan nada serempak sambil memasang wajah kesal mereka kepadaku, tetapi wajah kesal yang mereka buat itu hanyalah sekedar candaan belaka mereka berdua.

“Katanya nanti rute jalan sehatnya bakal lewat kuburan loh..” kata Isna dengan gaya bicaranya yang seakan menakuti aku dan Malika juga.

 “Kalau melewatinya bareng bareng ngapain harus takut iya kan, Malika?” ucapku membalas perkataan Isna tadi lalu kusambung dengan pertanyaan baru untuk Malika. 

 “Btw Malika, yang lainnya pada belum datang ya? seperti Arum dan Wulan."

 “Maklum kan sekarang masih pukul 06.33” jawab Malika sambil matanya melirik ke arah jam tangan berwarna pink yang dipakainya di sebelah kanan. 

***

   Kini jam sudah menunjukkan pukul 06.55 di gang tempatku berada kini sudah mulai ramai dipenuhi banyak peserta jalan sehat mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak, orang dewasa, dan anak kecil. Di antara kerumunan banyak orang tiba-tiba mata ku teralihkan menuju seorang gadis ber-kerudung merah yang tengah sibuk dengan benda gepeng miliknya. Aku merasa asing atau baru pernah melihat sang gadis tersebut di lingkungan rumah ku, lantas kemudian aku bertanya kepada Isna dan Malika yang siapa tahu mereka berdua mengenalnya.

 “Hei, kalian kenal tidak dengan seorang gadis di sana yang sedang memainkan hp miliknya?” tanyaku kepada Isna dan Malika sambil menunjuk keberadaan sang gadis tersebut. Kemudian Isna dan Malika menolehkan kepalanya berbarengan menuju keberadaan sang gadis tersebut.

 “Sepertinya aku tidak mengenalnya.”  jawab Isna dengan nada datar lalu disusul oleh Malika.

 “Aku pun sama memangnya ada apa?” tanya Malika kepadaku lalu aku pun menjawabnya kalau aku hanya penasaran saja. Lima belas menit berlalu kini jam sudah menunjukkan pukul 7 tepat walaupun sudah mulai panas, tetapi udara segar dipagi hari masih sangat terasa pada hari itu. Mula-mula jalan sehat masih berjalan seperti biasa dan lancar sampai tiba-tiba terjadi tragedi yang tak pernah kupikirkan sebelumnya.

  “Ayo, jalan sehatnya sudah dimulai nih.. man-teman !!” teriakku kepada dua temanku yang sedang asik dengan hp-nya masing-masing sampai lupa kalau mereka sedang mengikuti kegiatan jalan sehat. 

  “Jangan teriak-teriak kenapa?  Kami sudah dengar kok!” seru mereka berdua dengan nada serempak.

  “Ayo, kita harus berada dibaris paling depan!” seruku kepada mereka berdua sambil menolehkan kepala ke arah belakang dan kulihat mereka berdua malahan sedang asik selfie berbarengan. Aku yang sudah tak peduli dengan tingkah mereka aku hanya membiarkannya saja dan pergi ke barisan paling depan sendirian dan di sana secara kebetulan aku malahan bertemu dengan gadis yang menarik perhatianku tadi lalu aku pun mendekatinya.

 “Hai..” sapaku kepada orang di sebelahku yang tak lain adalah gadis tersebut. 

 “Hai juga!” balas sang gadis tersebut dengan ramah yang belum diketahui namanya lalu aku pun mengajaknya untuk berkenalan. Nama sang gadis tersebut adalah ‘Bulan.’ Bulan pun kemudian balik menanyai namaku juga lalu aku pun menjawab ‘Ana’ itu adalah nama panggilan yang diberikan oleh ‘dua sejoli’ yaitu Isna dan Malika. Sementara itu keadaan ‘dua sejoli’ yaitu, Isna dan Malika yang berada di barisan belakang yang terpisah oleh Ana. 

 “Hei, Isna! mau sampai kapan kita berdua selfie begini? total selfie Kita berdua sudah hampir mencapai angka 40 loh..!! Aku sudah merasa bosan masa Kamu tidak?!” 

 “Nanti Aku traktir kamu jajan deh, ayo, 1..2..3.. say cheese!!” seru Isna dengan wajah bahagia dan semangat sambil tangan kirinya merangkul pundak Malika. Sementara itu Malika, malah membuat muka kesal atau jengkel lalu ‘cek-krek.’ Membuat hasil selfie mereka berdua tampak aneh dan tampak berkesan sedikit karena, terdapat drama dua sejoli dibalik hasil selfie tersebut. 

***

    Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB artinya kegiatan jalan sehat kini sudah berlangsung selama 30 menit. Aku menoleh ke arah Bulan dan memerhatikannya. Pandangannya begitu tajam dan lurus ke depan seakan ada takdir yang sedang menanti kita di depan sana entah itu takdir baik atau buruk. Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil namaku. Rupanya itu adalah Arum dan ada Wulan juga di sebelahnya. Mereka adalah tetanggaku sekaligus teman mainku juga.   

    Beberapa menit kemudian berlalu sekarang kita berenam yaitu aku, Bulan, Arum, Wulan, Isna, dan Malika sudah berada di depan gang kecil dan kita sedang berhenti atau menunggu orang-orang di belakang, karena orang-orang di belakang kita sama sekali belum menampakan diri. Dalam kondisi ini kita harus selalu bersama-sama pergi bersama begitupun pulang juga harus bersama. Tak sampai 10 menit akhirnya orang-orang yang mengikuti kegiatan jalan sehat yang berada dibarisan belakang kita sudah mulai menampakkan diri. Isna pun kemudian memberi perintah kepada kita semua untuk segera lanjut berjalan lagi. Aku kini sudah menginjakkan kakiku di dalam gang kecil sesuai rute jalan sehat. Lalu kita berenam berjalan bersama dan membuat menjadi 3 barisan. Perbaris diisi oleh dua orang barisan pertama dipimpin oleh Isna dan Malika, Aku dan Bulan berada dibarisan kedua, dan dibarisan ketiga yaitu Arum dan Wulan. 

   Di sinilah tragedi tersebut terjadi. Saat baru berjalan beberapa detik tiba-tiba terdengar suara anjing yang menggonggong dengan keras. Sontak kita semua yang mendengar menjadi kaget suasana pun berubah menjadi sangat menegangkan dan mencekam. Tanpa berpikir panjang kita semua langsung berlari terbirit-birit, karena merasa panik dan ketakutan. Saat kita berlari anjing tersebut menyadari kalau ada yang berlari dari arah belakang lalu anjing tersebut langsung mengejar kita semua yang berlari. Aku yang pada saat itu masih berumur 9 tahun yang tidak tahu harus bagaimana jika bertemu anjing kini aku hanya bisa pasrah dan mengikuti yang lainnya saja. Waktu itu menurutku dengan kita berlari itu adalah cara yang tepat tetapi setelah mendapatkan peringatan aku baru menyadarinya. Saat aku sedang berlari aku sangat merasa panik dan ingin cepat-cepat berada di garis paling belakang, tetapi karena saking tergesa gesa dan panik aku malahan menjadi tersandung dan kemudian aku terjatuh. Alhasil akibatnya di sekitar wajahku terdapat luka dan juga celana dibagian lututku menjadi ikut tersobek. Saat aku terjatuh otomatis aku berhenti berlari dan yang lainnya juga berhenti berlari dan membuat anjing tersebut juga berhenti mengejar kita dan balik ke rumah sang majikan. Setelah aku terjatuh satu-satunya yang ada dipikiranku aku hanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Dan pada saat itu hanya aku saja yang terjatuh dan yang lainnya Alhamdulillah baik-baik saja. TAMAT 


Usaha Tidak Akan Menghianati Hasil

 By: Afina Azka Haya

  Perempuan kelahiran tahun 1976 yang lahir di Purwokerto dan merupakan anak terakhir dari 7 bersaudara. Beliau bernama lengkap Sri Agustinah. Berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan dan tinggal bersama kedua orang tua juga beserta 6 kakaknya. Beliau mempunyai mimpi untuk mendapatkan beasiswa saat kuliah nanti agar kelak orang tuanya tidak kerepotan untuk membiayai kuliah dirinya sekaligus juga untuk membahagiakan kedua orang tuanya tersebut.

  Tinah atau Sri Agustinah semasa kecilnya atau mudanya terbilang termasuk anak yang rajin dan gemar membantu orang tuanya seperti membantu ibunya membuat donat untuk berjualan dan lain sebagainya. Hidupnya semasa kecil maupun semasa mudanya sangatlah susah. Bahkan pernah pada saat itu karena keluarganya kesulitan dalam hal ekonomi sampai tidak punya uang untuk membeli makanan, alhasil beliau dan keluarganya hanya makan nasi dengan lauknya yaitu berupa garam saja. Beliau paham betul bagaimana kondisi ekonomi keluarganya pada saat itu sehingga, ia tidak pernah mengeluh dan mensyukuri apa adanya . Hidup memang tidak selalu berjalan secara mulus pasti selalu ada untuk masa jatuh dan bangunnya.

  Sejak kecil ia terus hidup dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Sejak kecil Tinah juga sangat suka sekali untuk belajar. Ia belajar bisa sampai menghabiskan waktu berjam-jam karena, saking cintanya dengan belajar dan juga ia memiliki motivasi yang tinggi. Tinah sudah tidak pernah bermain-main atau bermalas-malasan lagi sejak SMA. Asalkan ada kemauan, motivasi, giat belajar, tidak malas-malasan, rajin beribadah, dll itu akan mendorong kita ke arah yang lebih baik pada mimpi yang kita miliki.

Beberapa tahun kemudian akhirnya kerja keras Tinah membuahkan hasil. Dirinya mendapatkan beasiswa kuliah di Jakarta. Tinah merasa senang dan terharu mendengarnya. Akhirnya usaha yang dilakukannya selama ini tidak terbuang sia-sia. Intinya, jika ingin mimpi kalian terwujud maka diperlukan kerja keras, kesabaran, tekad, doa, dan rida orang tua, sebab rida orang tua adalah rida Allah juga. Jika, kita tidak mengeluh dengan keadaan dan tetap mau bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan pasti Tuhan akan menambahkan kenikmatannya. Setiap kerja keras atau jerih payah seseorang pasti akan membuahkan hasil jika, usaha yang kita lakukan selama ini dilakukan dengan tekun, bersabar, dan pantang menyerah sebab “Dia yang ingin mendaki tempat yang lebih tinggi, harus mulai dari bawah.” 

Narasumber: ibu


Sunday, February 16, 2020

Lomba Osmosis I


KARYA

Tulisan ini dalam bentuk docx, agar bisa ditampilkan secara langsung di sini maka saya ubah pakai docx to jpg converter secara online di sini https://www.zamzar.com. Hasilnya bisa dinikmati dan saya tampilkan di sini:












NB: 

MY REACTION: AKU MALOE JAMAN SD ALAY SEKALI

Tragedi Saat Mengikuti Jalan Sehat

 Pukul 06.15 di kediaman tokoh aku. “Akhirnya hari yang kunanti nanti tiba juga.”  batinku dalam hati sambil bersiap-siap untuk kegiatan jal...